Kementerian Kesehatan Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan bekerjasama dengan WHO, UNICEF, GAVI, CHAI, PATH dan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan monitoring dan evaluasi Post Introduction Evaluation (PIE) introduksi vaksin Inactivated Polio Vaccine (IPV) di provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 24 – 26 September 2019. Tim PIE pusat terdiri dari Hakimi (Kemenkes), Dr Fina Tams (WHO), Hardika Aditama (UGM) dan Reni Maryani (GAVI). Tim PIE pusat mengunjungi Kota Palangkaraya dan Kabupaten Kotawaringin Timur.
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat kelancaran pelaksanaan kegiatan introduksi vaksin IPV yang menjadi kebijakan nasional sejak tahun 2017. Lebih lanjut lagi, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui capaian, tantangan serta pembelajaran pada suatu daerah pelaksanaan introduksi vaksin baru dan dampaknya pada program imunisasi. Hasil dari kegiatan ini dapat dijadikan masukan pada tingkat nasional dalam penyusunan strategi pelaksanaan imunisasi selanjutnya. Kegiatan PIE ini juga dilaksanakan di 7 provinsi lainnya yaitu Sumatera Utara, Jambi, Bangka Belitung, Jawa Barat, Bali dan NTB untuk melihat introduksi vaksin pneumokokus (Pneumococcal Vaccine/PCV) dan Japanese Enchephalitis (JE).
Bersama dengan tim Dinkes Provinsi Kalteng, tim melakukan kunjungan lapangan ke Dinkes Kab/kota, Gudang farmasi dan tujuh puskesmas yaitu Panarung, Kayon, Samuda, Ketapang 2, Mentaya Seberang Kereng Bangkirai dan Jeken Raya untuk melihat layanan imunisasi terutama imunisasi IPV. Imunisasi IPV merupakan imunisasi polio suntik sebagai tambahan dari empat dosis polio tetes, OPV. Kedua vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit polio, kelumpuhan yang disebabkan oleh virus polio. Vaksin IPV ini diberikan pada anak usia 4 bulan bersamaan dengan vaksin DPT-HB-Hib3 (Penta3) and polio tetes (OPV). Dalam satu kali kunjungan, bayi akan mendapatkan dua kali suntikan dan imunisasi tetes. Namun, masih ditemukan di lapangan, penyuntikan IPV ditunda. Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan jika anak disuntik dua kali dalam satu kunjungan. Oleh karena itu, tim melihat adanya perbedaan cakupan imunisasi Penta3 dengan IPV.
Sosialisasi kepada masyarakat menjadi kunci utama untuk meyakinkan bahwa suntikan ganda (multiple injection) ini adalah aman. Sosialisasi vaksin baru sudah dilakukan di berbagai kesempatan namun belum maksimal. Pemberian imunisasi harus diberikan sesuai jadwal imunisasi. Melengkapi status imunisasi rutin lengkap sangatlah penting untuk menjadikan anak sehat dan terlindungi dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Lebih lanjut lagi, perlu juga diberikan informasi pentingnya vaksin, kemungkinan yang terjadi setelah imunisasi, jadwal kunjungan berikutnya, dan pentingnya membawa buku KIA saat datang ke Posyandu.
Di hari terakhir kunjungan, tim berkesempatan melaporkan hasil kunjungan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kalteng untuk menyampaikan hasil kunjungan lapangan dan rekomendasi. Secara umum, masyarakat dan petugas kesehatan menyambut baik introduksi vaksin IPV. Lebih lanjut tim mengajak untuk memberikan imunisasi rutin lengkap sesuai jadwal.
No Comments